WELCOME TO MY BLOG

Welcome to my Blog。◕‿‿◕。!!
Thank you for visiting.
Please leave some comments in every page you read.
Also, please noted that this is originally my works and I have rights of these all. So for re-post or re-use, confirm 1st to me.
Thank you & GOD BLESS US ^^

Jumat, Juni 26, 2009

Musik dalam Gereja (Specially for Christian)

Musik rohani atau musik khusus gereja, sering kali hanya dirasakan bahkan tak jarang dianggap sebagai sesuatu yang biasa, sekedar pelengkap, sehingga lantas, tak jarang orang yang memainkan musik itu sendiri juga megabaikan nilai-nilai keagungannya.

Sabtu malam *malam minggu* jam 7 malam waktu Denpasar dilangsungkan ibadah Pemuda GKI Denpasar dengan Bapak Pdt E. Hosea Abdi Widhyadi *dari GKI Jemursari,Jatim*. Beliau adalah pendeta yang bertahun-tahun *bahkan puluhan tahun* menjadi pendeta mahasiswa & sekaligus pendeta musik. Jadi jangan heran kalau di setiap ibadah yang dipimpin oleh beliau, pasti beliau akan mengalunkan lagu-lagu *khususnya lagu ciptaan beliau sendiri* maupun mengalunkan suara saksofon-nya.

Ingat kenangan pertama kali melayani dengan beliau adalah saat konfrensi Stop Global Warming & Climate Change di Bali beberapa tahun lalu, kami dari GKI Denpasar mengisi lagu-lagu pujian *bersama dari gereja2 lain di Bali*. Beliau adalah seorang pendeta yang tidak hanya total dalam pekabaran injil tapi juga dalam bermusik. Awalnya jean menganggap musik sekedar hobby beliau *saat itu jean belum ngeh kalau status beliau adalah pendeta musik*

Kemudian terakhir kali *semoga bukan benar-benar yang terakhir* adalah saat ibadah minggu tgl 7 Juni lalu, jean dan kak Charni menjadi pemandu lagu tidak hanya diiringi oleh piano tapi juga oleh permainan saksofon beliau selama ibadah minggu sore.

Kembali ke ibadah pemuda GKI Denpasar tgl 13 Juni 2009 kemarin, beliau mengakatakan bahwa musik dalam gereja sama pentingnya dengan khotbah firman Tuhan. Jean lantas bingung. Maksud pak Abdi apa ya? Kemudian jean berpikir, iya benar juga, komposisi musik dalam ibadah minggu hampir 70% dari keseluruhan tata ibadah. Lagu-lagu pujian & penyembahan yang dinyanyikan adalah musik. Tapi satu hal yang disoroti pak Abdi yang sering kali terlupakan adalah, saat kita bermain musik di gereja, saat menyanyikan lagu ibadah, apakah semuanya benar-benar kita lakukan dengan segenap hati, dan kita “melarutkan diri” atau “meleburkan diri” atau “menyatukan diri” bersama musik dan nyanyian kita? Atau hanya kita anggap sekedar pelengkap? Sekedar pengantar sebelum khotbah, sekedar respon, atau sekedar eksistensi talenta pribadi?

Salah satu contoh dimana kita kurang menempatkan musik pada tempatnya yang agung dengan sama posisinya dengan khotbah adalah, saat memainkan musik, apakah kita memainkan musik dengan seharusnya, atau menyanyikan kidung pujian sebagaimana seharusnya seperti lagu & musik tersebut di komposisikan oleh komposernya? Lalu jean me-review ke ibadah2 minggu, ya.. banyak jemaat yang hanya “sekedar bernyanyi” bahkan penatalayan pun baik pemusik dan pemandu lagu membawakan musik ibadah di gereja sesuai gaya masing-masing, padahal setiap kidung sudah ada ciri khasnya sendiri, misalnya negro spiritual, american spiritual, dsb. Itulah mengapa gereja-gereja di amerika dan eropa yang diperbolehkan menjadi pemusik di gereja adalah orang yang benar-benar mengerti dan belajar musik tidak hanya secara otodidak. Sehingga orang tersebut, yang seharusnya turut melebur dalam musiknya, membawakan musik & lagu selayaknya sebagaimana musik & lagu tsb harus dimainkan, bisa membuat TUHAN tersenyum, bukan sebagai eksistensi diri.

Kalau diperhatikan, setiap musik gereja, lagu maupun hanya alunan melodi, memiliki keterwakilan pesan yang ingin disampaikan, sebuah keinginan/harapan, sebuah seruan, sebuah pengharapan, isi hati yang ingin dikeluarkan, sebuah doa kepada Khalik Semesta. Jadi seharusnyalah musik gereja itu benar-benar dilantunkan sebagaimana seharusnya, agar turut mengagungkan Kristus dalam ibadah. Ini yang sering kali terlupakan.

Lalu jean mengingat-ingat. Sewaktu jean di Palangkara, bergereja di GKE misalnya *Gereja Kalimantan Evangelist*, ada beberapa gereja yang memperlakukan musik seadanya, sebagian besar lagu yang dimainkan dari Kidung Jemaat sama, datar, serupa, hambar, bahkan seringkali lagu yang dinyanyikan tidak sesuai ketukan/tempo/dinamika. Seringkali hanya sekedar pelengkap ibadah, respon, pengantar, bukan turut menjadi bagian penting dalam ibadah. Padahal para pemazmur membawakan musik dalam ibadah dengan keagungan agar turut mengagungkan sang Pencipta, Yahwe, Tuhan Allah Semesta.

Berbeda dengan Gereja-gereja Kharismatik atau Injili lainnya, misalnya gereja-gereja Bethel, dimana pemusik juga pemandu lagu “Hidup” dalam musik yang mereka mainkan. Benar-benar “melebur” dalam apresiasi dan ekspresi mereka. Ini yang sering kali terlupakan, bahwa musik juga bisa menjadi sarana doa. Penghayatan dan ekspresi juga apresiasi terhadap musik terlebih dalam Gereja sangat penting. Bukankah musik adalah ciptaan Tuhan yang juga indah. Tuhan pasti ingin anak-anakNya turut memuliakan Dia melalui musik yang juga adalah anugerah & ciptaanNya.

--------------
“Mampirlah, dengar doaku, Yesus Penebus.. Orang lain Kau hampiri, jangan jalan t’rus... Yesus, Tuhan, dengar doaku.. Orang lain Kau hampiri, jangan jalan t’rus.”
-------------

Kidung Jemaat No.26 ini contohnya, mengandung doa permohonan kepada Tuhan Yesus. Jadi marilah kita menyanyi dan bermusik dengan selayaknya, sebagai persembahan dan pujian kepada Tuhan, bukan sekedar pelengkap ibadah maupun sekedar ritual agamawi. Biarlah kita bermusik dan bernyanyi dengan hati yang mengagungkan DIA, Sang Pencipta :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar