WELCOME TO MY BLOG

Welcome to my Blog。◕‿‿◕。!!
Thank you for visiting.
Please leave some comments in every page you read.
Also, please noted that this is originally my works and I have rights of these all. So for re-post or re-use, confirm 1st to me.
Thank you & GOD BLESS US ^^

Jumat, Juni 26, 2009

Etika Profesi

Dunia pariwisata adalah hospitality industry dimana menjual jasa dan keramah-tamahan kepada konsumennya. Produk apapun itu yang dihasilkan haruslah disediakan dengan keramah-tamahan. Itulah sebabnya pariwisata kemudian berkembang pesat sampai menjadi salah satu industri besar berskala internasional.

Tidak hanya pariwisata yang kemudian harus menyediakan keramah-tamahan. Dalam bidang atau industri apapun itu yang bertemu dengan banyak orang haruslah memberikan keramah-tamahan. Sehingga kemudian keramah-tamahan ini menjadi salah satu unsur wajib yang normatif, tidak hanya di Indonesia atau negara-negara timur yang katanya bersahaja, tapi juga di dunia barat yang tingkat individualismenya tinggi.

Keramah-tamahan adalah etika. Ini yang seringkali dilupakan sebagian besar orang. Bahkan kasihan lagi kalau keramah-tamahan ini kemudian dijadikan cover atau "bungkus".

Keramah-tamahan ini penting dan harusnya ada dalam profesi apapun itu. Guru formal maupun non formal, perawat, dokter, pengacara, pramusaji, pramugari, tukang daging, pengusaha hingga pedagang dari yang kelas atas sampai yang jualan di emperan jalan. Semua harus memiliki etika profesi keramah-tamahan ini. (jean menyebutnya etika profesi)

Tapi sayang, sepanjang jean berhubungan dengan orang-orang yang katanya berprofesi dan mengaku profesional, ternyata banyak tidak memiliki etika profesi yang baik, salah satunya tidak memberikan keramah-tamahan yang tulus.

Bukti nyata dari pengalaman pribadi dan terinspirasi oleh banyak orang-orang hebat disekitar jean, beberapa hal yang jean mau soroti :


 

1. Profesional yang tidak beretika profesi

Banyak penyedia jasa akomodasi di Bali yang tidak memiliki etika profesi yang baik. Jean awalnya kurang memperhatikan, mungkin hanya beberapa orang dan tergantung orang tersebut saja. Namun, kemudian saat jean ada langsung di dalamnya, dan terlibat, berhubungan bahkan berkontak langsung, nyatanya, banyak profesional dalam bidang jasa akomodasi yang terkait langsung dengan industri keramah-tamahan tidak menyediakan keramah-tamahan yang baik.

Beberapa contoh nyata :

*Hotel atau villa yang tidak bisa menerima complain custumer dengan baik bahkan mengabaikan keluhan konsumennya. Misalnya :

-Seprei pada saat kedatangan tamu ternyata tidak bersih dan masih ada noda, ada beberapa hotel yang cuek dengan kondisi seperti ini.

-Keran air rusak dan tidak segera ditangani atau kerusakan fasilitas lainnya, dsb.

*Hotel "berbohong" kepada calon tamu. Misalnya :

- Mengatakan bahwa persediaan kamar kosong dan sudah full booking apabila tamu memesan dari travel agent dengan harga kontrak, sedangkan kalau tamu memesan langsung via website kamar selalu ada. Alasan hotel karena sistem marketing yang berbeda dengan perusahaan lain dan ini adalah strategi marketing mereka. Padahal sebenarnya secara tidak langsung ini bisa dibilang pembohongan konsumen.


 

WARNING :

Bagi para pengusaha jasa akomodasi, WISATAWAN TIDAK DATANG KARENA HOTEL/VILLA ANDA BAGUS ATAU BAIK. Kemewahan fasilitas hotel anda bukan yang utama!!!! Karena wisatawan datang terkait motivasinya dan akomodasi bukanlah motivasi tapi hanya faktor pendukung. Dan yang patut anda ingat, KERAMAH-TAMAHAN adalah FAKTOR PENTING dalam profesionalitas kerja, karena wisatawan sangat peka dengan hal ini dan persaingan juga tinggi dalam penyediaan akomodasi. You've got my words?

******************

2. Pedagang yang kurang ajar dan tidak sopan

Pengalaman pribadi baru-baru ini. Sering kali bertemu dengan pedagang yang kurang ajar dan tidak sopan. Maksud jean tidak sopan misalnya tidak menggunakan bahasa yang sepantasnya kepada konsumennya, memarahi konsumen yang bertanya tentang detail produk, memarahi konsumen yang tidak jadi membeli karena barang yang ingin dibeli tidak tersedia, bahkan masalah kembalian yang tidak pas. Beberapa contoh yang jean sering temui :

*Kembalian dikasih dengan permen (ada note yang menceritakan pengalaman ini)

*Kembalian tidak dikasih dengan alasan dibulatkan untuk sumbangan anak-anak cacat Indonesia (banyak minimarket di Denpasar sudah menerapkan sistem seperti ini) kenapa jean bilang ini salah satu ketidak-sopanan? Kalau memang mau minta sumbangan untuk anak cacat, sediakan box sendiri, jangan dengan alasan pembulatan kembalian. Kemudian, apakah setiap kembalian yang dibulatkan itu benar-benar disumbangkan untuk yayasan pembinaan anak cacat? Apakah bisa dipertanggungjawabkan kepada konsumen yang banyak??? Mustahil! Dan kesannya adalah PAKSAAN UNTUK MENYUMBANG. Bukankah menyumbang itu harus dengan kerelaan, namanya juga sumbangan.

*Pedagang yang tidak bisa berkomunikasi dengan kata-kata yang baik. Kasar dengan pembeli bahkan kadang kurang sopan.

***********************

3. Pendidik yang tidak layak & tidak berdiedikasi untuk mendidik

Benar kata salah satu tante jean, gimana mau tenang membiarkan anaknya dididik oleh para pendidik di Indonesia, kalau banyak para pendidik yang tidak terdidik dengan baik bahkan tidak bisa belajar untuk mendisiplinkan dirinya dengan baik. Terlebih banyak para pendidik yang tidak memiliki dedikasi untuk mendidik murid-muridnya dengan baik.


 

Ada beberapa dosen, guru dan tenaga pengajar lainnya yang jean kenal sampai sekarang yang seperti ini. Tidak memiliki dedikasi yang baik untuk mendidik anak-anak didikannya. Bahkan tidak jarang para pendidik ini berperilaku yang tidak sepantasnya dan tidak menajadi contoh. Liat aja di berita TV, banyak guru-guru yang melakukan kekerasan terhadap murid-muridnya, bahkan tak jarang pendidik mengancam dan menjatuhkan murid-muridnya dengan menggunakan nilai dan kelulusan. Terlebih pendidik yang sengaja mempersulit anak didikannya, bahkan pilih kasih dan terima suap. Aduuuuuuuuuhhh memalukan!!!!!! Gimana mau nasib bangsa bagus kalau para penerus bangsa dididik oleh orang-orang yang seperti ini??? Gimana korupsi mau hilang kalau gurunya sendiri korupsi. Gimana mau generasi yang cerdas kalau gurunya aja g menguasai bahan ajar. Gimana mau anak didiknya jujur kalau gurunya aja semenjak sekolah mencontek dan copy paste tugas, apalagi bayar dan suap untuk bisa lulus sekolah bahkan untuk mendapatkan pekerjaan sebagai guru. MEMALUKAN memang tapi itulah kenyataan yang banyak terjadi. Jadi jangan heran banyak generasi bangsa yang nasibnya kurang baik karena yang harusnya membantu para generasi bangsa ini pun juga TIDAK BAIK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar