WELCOME TO MY BLOG

Welcome to my Blog。◕‿‿◕。!!
Thank you for visiting.
Please leave some comments in every page you read.
Also, please noted that this is originally my works and I have rights of these all. So for re-post or re-use, confirm 1st to me.
Thank you & GOD BLESS US ^^

Jumat, Juni 26, 2009

Cerita tentang bue Encon dan Tambi Nuris –pendidik hingga akhir hayat-

Bue Encon adalah seorang pemuda yang gagah dan tampan pada masa mudanya. Beliau jg sopan, ramah dan pandai serta rajin. Dengan setia dan berdedikasi untuk mencerdaskan anak-anak bangsa di Kecamatan Kuala Kurun (Sekarang Kabupaten Gunung Mas) waktu itu, beliau rela tinggal jauh dari anak istrinya yang tinggal di Desa Tewah (kala itu masih desa, sekarang sudah jadi kecamatan semenjak pemekaran Kuala Kurun menjadi kabupaten Gunung Mas). Dengan sepeda ontel beliau mengayuh dari rumah tinggalnya di Kuala Kurun menuju sekolah (SMA) tempat beliau mengajar generasi penerus bangsa yang diharapkannya menjadi pemimpin nantinya. Beliau dengan tekun dan sabar mengajar anak-anak didiknya, tidak pernah mengeluh ataupun malas. Tak lupa juga berdoa bagi istri dan anak-anaknya yang jauh saat itu agar senantiasa sehat dan dalam kondisi baik. Pada setiap kesempatan yang memungkinkan beliau pasti pulang ke Desa Tewah utk melepas rindu dengan istri dan anak-anaknya. Tak lupa juga beliau mengajar anak-anak kandungnya dan mendoakan serta berharap agar anak-anaknya menjadi anak-anak yang berhasil dan berguna bagi bangsa dan negara. Hingga jabatan terakhir Bue Encon adalah kepala sekolah SMA sebelum harus pensiun karena usianya sudah beranjak tua.

Sama halnya dengan Bue Encon, Tambi Nuris adalah seorang pemudi yang cantik, sopan dan ramah. Turut seprofesi dengan suaminya, Bue Encon, Tambi Nuris adalah seorang guru yang mengajar anak-anak tingkat sekolah dasar di Tewah. Setiap pagi bangun pagi, menyiapakan sarapan untuk anak-anaknya sebelum berangkat mengajar di sekolah. Memastikan segala sesuatu sudah rapi dan beres di rumah, anak-anak sudah mandi dan sarapan, barulah Tambi Nuris berangkat dengan melangkahkan kedua kakinya menuju SD Impres yang jaraknya lumayan jauh. Namun bukan jauh yang menjadi keluhan Tambi Nuris. Beliau tidak pernah mengeluh bahkan saat anak-anak didiknya nakal dan ada yang malas. Beliau tetap semangat mengajarkan anak-anak didiknya agar maju dan menjadi pemimpin kelak di bidang mereka masing-masing. Hingga terakhir Tambi Nuris menjabat sebagai Kepala Sekolah SD sebelum akhirnya harus pensiun karena usia.

Di usia senja mereka, Bue Encon dan Tambi Nuris tidak berhenti mengajar dan mendidik. Setidaknya pada anak cucu mereka, dan anak-anak asuhan yang tinggal di rumah mereka dan disekolahkannya. Pada masa kecil jean, saat Bue dan Tambi datang berkunjung ke Palangkaraya maupun jean yang berkunjung ke kampung mereka, jean pasti selalu diberikan banyak buku bacaan dan buku-buku pelajaran dari pelajaran hingga ke buku-buku cerita bergambar (saat itu banyak yang berbahasa belanda jg dan sayang jean g ngerti). Kalaupun jean tidak bisa pulang mengunjungi mereka ataupun mereka yang mengunjungi jean, jean pun sering dikirimi buku-buku bacaan. Bagi mereka, tidak ada orang pandai tanpa membaca.

Kini Bue Encon dan Tambi Nuris memiliki delapan (delapan cucu) dari 4 anak-anaknya yang sudah menikah dan masih ada tiga (3) anaknya yang belum menikah. Namun dari keseluruhan tujuh (7) anaknya semua sudah selesai sekolah bahkan 5 sarjana, 1 pendeta dan 1 pengusaha pertambangan. Beliau berdua sanggup menyekolahkan anak2nya di luar palangkaraya dan luar pulau kalimantan dengan menyisihkan gaji dan uang pensiun mereka. Kini semua sudah bekerja, tidak ada yang menganggur (kecuali mama jean yang ibu rumah tangga, setidaknya pernah bekerja dan masih bekerja kan, hehe.. IRT jg sebuah pekerjaan yg g gampang :P)

Selesainya mereka bertugas sebagai guru, mereka masih terus mendidik dalam keseharian mereka. Selain mendidik kedua cucunya yang tinggal bersama mereka di kampng, mereka jg masih bersedia utk membawa anak orang lain dari pedalaman utk tinggal di rumah (kebiasaan suku Dayak di Kalimantan Tengah utk membawa anak orang lain/saudara utk tinggal dan disekolahkan). Bue Raban juga tidak pernah malas dan bermanja dengan kemajuan jaman dan kecanggihan teknologi. Beliau masih mempertahankan kebiasaan hidupnya yang tradisional dengan memelihara ayam kampung juga babi; berkebun buah-buahan seperti rambutan, pisang, coklat, langsat jambu dan lainnya; hingga mencari kayu bakar di hutan untuk memasak di rumah walaupun ada kompor minyak. Beliau jg turut bertani menanam padi di sawah bersama anak-anak dan menantunya kala musim tanam tiba. Demikian juga dengan Tambi Nuris yang memegang kebiasaan tradisional tanpa meninggalkannya karena pengaruh kemajuan jaman.

Saat ditawari untuk pindah dan tinggal menetap di Palangkaraya, disediakan rumah dan ditawari tinggal bersama anak menantu dan cucu-cucunya, beliau berdua enggan dan memilih untuk tinggal menetap terus hingga akhir hayatnya di Tewah, dimana keluarga Encon Raban berasal.

Perhatian mereka tidak pernah habis utk orang lain. Untuk anak cucunya, untuk sanak saudara lainnya, untuk anak-anak didiknya dahulu yang kini sebagian besar sudah jadi pejabat maupun bos-bos. Anak-menantu dan cucu-cucunya yang tinggal jauh dari mereka berdua, Tambi Nuris dan Bue Encon juga tak lupa mendoakan dan menanyakan perkembangan kami. Tak jarang jean dan adik jean yang tinggal di Denpasar pun dipikirkan dan ditelp untuk menanyakan kabar dan perkembangan studi. Setiap kali ada kesempatan utk bercakap lewat telp pun selain menanyakan kabar juga tak lupa menyampaikan petuah-petuah positif.

Bue Encon dan Tambi Nuris adalah contoh pendidik yang terus berdedikasi untuk mendidik hingga akhir hayat mereka lewat cara apapun walau sederhana. Selalu belajar walau usia sudah senja lewat media apa saja yang dapat memberikan nilai edukasi dan tidak mengenal kata malas serta terus berusaha utk jadi lebih baik. Menerima perkembangan dan kemajuan jaman dengan tetap mempertahankan nilai-nilai lokal yang positif. Menjunjung tinggi etika dan martabat oloh itah dan memberikan teladan tersebut bagi anak cucunya.

Terima kasih Tuhan untuk Tambiku dan Bueku. Mereka bukan kebetulan menjadi bagian dalam hidup jean :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar