WELCOME TO MY BLOG

Welcome to my Blog。◕‿‿◕。!!
Thank you for visiting.
Please leave some comments in every page you read.
Also, please noted that this is originally my works and I have rights of these all. So for re-post or re-use, confirm 1st to me.
Thank you & GOD BLESS US ^^

Jumat, Desember 17, 2010

Berbagi Kasih Dengan Mereka....

Dear lovely friends....

Saya dengan beberapa teman (beberapa mahasiswa dari Hong Kong, teman-teman ROTARACT Nusa Dua, dan ROTARACT Bali Taman) bermaksud mengunjungi saudara-saudari kita di Panti Asuhan Bayatama, Negara. Panti asuhan ini terletak di ibukota Kabupaten Jembrana, Bali. Menurut jadwal penyelenggara dari ROTARACT Nusa Dua, kunjungan akan dilangsungkan pada hari Minggu, 26 Desember 2010 mendatang.

Dalam rangka kunjungan kasih tersebut, kami bermaksud untuk memberikan sumbangan kepada saudara-saudari kita yang ada di panti asuhan ini. Tujuan pemberian sumbangan ini adalah untuk berbagi kasih dan sukacita bersama mereka, yang mungkin kurang beruntung dibandingkan kita. Di panti asuhan ada sekitar 40 orang anak dengan rentang usia 5 tahun sampai 17 tahun.

Untuk itu saya secara pribadi mengajak teman-teman terkasih untuk turut mendukung kegiatan ini. Besar harapan saya kita bisa berbagi kasih dengan mereka dalam bentuk sumbangan sembako atau dana. Bagi yang bermurah hati, dapat menitipkan pemberian kasih tersebut kepada saya (hubungi nomor contact 085237897157) atau untuk informasi terkait kegiatan ini bisa menghubungi contact person dari ROTARACT Bali Taman : Erna Mustika (081916308540).

Mari, kita berbagi dengan mereka. Karena untuk itulah kita diberikan kelebihan.

Dengan kasih,
Jeannita Adisty

Rabu, November 10, 2010

MURNI BENCANA ALAM-KAH ATAU AKIBAT ULAH MANUSIA?

Saya pribadi menyakini bahwa satu sisi dalam hidup ini terjadi karena aturan “sebab-akibat”. Dimana segala sesuatu yang terjadi ada kemungkinan merupakan suatu akibat atas kelakuan / perbuatan / pekerjaan / apapun yang kita lakukan sebelumnya. Artinya dalam segala hal yang terjadi saat ini bisa jadi ada penyebabnya.

Memang tidak semua hal bisa digeneralisir sebagai suatu bentuk “sebab-akibat”, tapi kita bisa berinstrospeksi atas setiap hal dalam hidup kita, apakah ini murni “anugerah” atau “hadiah” yang tanpa campur tangan kita di dalamnya atau memang karena ulah kita sendiri yang disebut “sebab-akibat”. Hidup dan mati adalah contoh nyata di mana kejadian ini murni pemberian TUHAN saja. Saya pribadi mengimani atau menyakininya sebagai suatu “anugerah” bukanlah “sebab-akibat”. Karena hidup dan mati memang merupakan hak prerogatif TUHAN yang mutlak (absolut) dan tidak bisa dicampur-adukkan oleh kekuasaan siapapun, entah itu dewa/dewi, malaikat, setan bahkan manusia sendiri.

Namun beda halnya saat saya melihat bencana yang terjadi dalam kehidupan manusia. Contoh saja yang kita, sebagian besar orang menyebutnya “bencana alam”. Seolah-olah kita, manusia ini, mencari kambing hitam untuk disalahkan, padahal bisa jadi itu akibat kelakuan kita sendiri yang kita sadari atau tidak, kitalah biang keladi atau biang kerok permasalahannya. Banjir bandang di Provinsi Papua baru-baru ini adalah contoh nyata. Kita, sebagian besar orang mengklaim kejadian tersebut adalah murni “bencana alam”. Karena perubahan iklim dan pemanasan global, yang memang beberapa tahun terakhir ini menjadi isu besar di seluruh dunia. Namun kita lupa, perubahan iklim dan pemanasan global pun tidak terjadi begitu saja tanpa ada sebabnya. Kita menutup mata dan hati kita, bersembunyi dari cermin besar yang alam bentangkan setiap harinya, bahwa kitalah, Anda dan saya, kita semua, para penyebab perubahan iklim dan pemanasan global di bumi ini. Maka, jangan salahkan alam.

Saya meyakini, seperti yang diajarkan menurut keyakinan saya, bahwa semua yang TUHAN ciptakan di bumi dan dunia ini adalah baik, karena tujuan Sang Pencipta untuk pekerjaan baik. Namun, jangan lupa, bahwa segala sesuatu itu bersisi dua dalam sifat netralnya: ada negatif dan positif. Ia akan selalu menjadi positif apabila digunakan dengan positif. Tapi, ia akan menjadi sama negatifnya apabila digunakan dengan negatif. Maka, bukan salah alam atau apapun yang menjadi ciptaan lainnya yang TUHAN berikan di bumi ini bagi kehidupan manusia, kalau mereka seolah-olah bersikap negatif bagi kehidupan manusia. Karena mereka bersifat netral dengan dua sisinya yang tak terpisahkan. Manusia-lah sebagai mahluk dengan derajat tertinggi di antara ciptaan lainnya, harus memanfaatkan segala yang ada dengan benar dan bijak!

STOP menyalahkan alam! STOP menyalahkan TUHAN!

Berkacalah dan lihat kedalam hidup kita masing-masing, maka akan kita temukan bahwa penjahat terbesar dan terjahat adalah diri kita sendiri!

Jujurlah kepada diri kita, karena TUHAN tahu, dan kita pun sebenarnya tahu, bahwa kitalah penyebab segala kekacauan itu!

TUHAN menciptakan manusia dengan kehendak yang bebas, karena TUHAN adalah Sang Pencipta yang demokratis. Ia memberikan kita free will di mana kita bisa memilih sesuai keinginan hati kita. Adam dan Hawa saja jatuh ke dalam dosa bukan karena godaan iblis, tapi karena Hawa memilih untuk menuruti keinginan iblis dibandingkan perintah ALLAH. See?

 Maka, dengan segala bencana alam yang terjadi di sekitar kita, berkacalah dan lihatlah dengan jujur kepada diri kita masing-masing, lihatlah pelaku dibalik semua bencana tersebut. Ya, pelaku itu terpampang jelas dihadapanmu saat engkau berkaca disitu. Ya, pelaku itu kamu!

Kita semua adalah pelaku kejahatan atas bencana-bencana yang terjadi di sekitar kita. Banjir, macet, kecelakaan lalu lintas, longsor, perubahan iklim, pemanasan global, kebakaran hutan, dan lainnya. Kitalah SANG BIANG KELADI!

Berapa triliun bahkan lebih, pohon-pohon besar yang kita tebang dengan alasan untuk keperluan impor, keperluan industri dan keperluan pemenuhan kebutuhan hidup kita. Berapa banyak hutan yang merupakan penghasil oksigen kita ubah menjadi kebun sawit dengan alasan keuntungan ekonomi belaka. Berapa banyak hutan ditebang dengan illegal dan menyuap para pemegang kekuasaan, padahal hutan merupakan rumah bagi ribuan spesies lainnya yang menjadi satu rantai kehidupan dengan manusia. Padahal, seandainya kita mau sedikit bijak saja berprilaku sebagai konsumen dan bertanggung jawab, maka tidak perlu eksploitasi besar-besaran atas hutan-hutan kita.

Bukankah kita semua saat sekolah dasar sudah diajarkan tentang rantai makanan dan rantai kehidupan?? Satu rantai kehidupan rusak, maka akan menyebabkan kehidupan spesies lainnya terganggu dan mungkin punah. Satu saja spesies punah, kehidupan manusia terancam punah. Kenapa saat kita semakin tua, seharusnya lebih dewasa, serta semakin pandai dengan banyak pengatahuan yang sudah kita terima, justru kita lebih bodoh dibandingkan anak-anak sekolah dasar??

Seandainya saja kita, Anda dan saya tidak serakah untuk mengeruk keuntungan atas hasil alam, maka alam kita tidak akan rusak dan menghasilkan bencana. Apalagi yang bisa alam hasilkan apabila sumber daya-nya kita buat kritis dan hampir mati? Alam pun, kalau bisa, pastilah tak akan memberikan kita bencana-bencana. Tapi ingat, ia netral, jangan lupa! Ia tidak bisa merasa sakit atau senang. Seberapa banyak kerusakan kita buat kepada alam, ia hanya diam tak akan bicara. Ia hanya hidup menurut perlakuan para penguasanya, yaitu manusia. Maka, bagaimana kita memperlakukan alam kita, itulah yang akan kita dapatkan kelak akibat kelakuan kita!

Jangan salahkan alam apalagi TUHAN! Ingatlah bahwa segalanya diberikan kepada kita agar kita menjadi lebih baik. Tapi yang menentukan kita menjadi lebih baik atau tidak, bukanlah alam atau TUHAN, tapi diri kita sendiri! Kita yang menggunakan segala pemberian TUHAN. Maka, apabila kita menggunakannya dengan baik, maka kita jadi semakin baik. Tapi apabila sebaliknya, maka kitalah yang membuat diri kita semakin buruk dan rusak! Ingat juga, walaupun kita diberikan wewenang sebagai penguasa sumber daya alam oleh TUHAN, itu semata-mata dengan tujuan agar kita bisa merawat dan menguasainya dengan benar, bukan justru menggunakan wewenang kita dengan serakah untuk mengeksploitasinya dan merusaknya!

Maka, saat kita mengalami bencana yang terkait dengan alam: banjir, longsor, kebakaran hutan, kekeringan yang menyebabkan kelaparan, gelombang pasang, dan sejenisnya, ingatlah bahwa itu bukan salah alam! Jangan sekali-kali menyalahkan alam lagi dan berhenti mencari kambing hitam. Lihatlah kepada diri kita sendiri, apa yang sudah kita perbuat di hari-hari kemarin. Lalu, perbaikilah sebaik mungkin agar kita tidak lagi menuai akibat yang sama berulang-ulang karena kelakuan kita yang buruk kepada alam!

Apa yang kita tabur, maka itulah yang akan kita tuai. Benih yang baik tidak pernah menjadi buah yang buruk. Padi yang ditanam tidak akan pernah berubah menjadi ilalang, seperti ilalang yang walaupun serupa padi, tidak akan pernah menjadi sama dengan padi!

Marilah kita menabur benih yang baik agar kita hidup dengan tuaian yang baik. Bijaklah menguasai alam kita dan pikirkan kehidupan anak cucu kita besok! Semua ada di tangan kita hari ini.

Salam dengan cinta,
Jean. 

Palangkaraya, 8 Oktober 2010

MARAH (Apa dan Bagaimana saat saya MARAH)

Marah itu definisinya bermacam-macam. Banyak orang bisa ngomong kata "MARAH" tapi tidak benar-benar mengerti arti dan tujuannya kenapa harus MARAH.

Dalam kamus bahasa inggris, “Anger” ( marah ) diartikan sebagai: “The strong feeling that you have when something has happened that you think is bad and unfair”.  Kalau diterjemahkan secara bebas kedalam Bahasa Indonesia artinya: Perasaan yang kuat yang kamu rasakan ketika sesuatu yang dirasa buruk dan tidak adil telah terjadi.


Dalam kamus Bahasa Indonesia, “Marah” diartikan sebagai Perasaan tidak senang”.

Sering kali orang yang tidak tahu arti MARAH, lalu saat ia mengalami KEMARAHAN, maka orang tersebut tidak mampu mengontrol dan mengendalikan (Anger management). Inilah yang menyebabkan kecenderungan orang merasakan AMARAH atau orang MARAH lalu berbuat kesalahan. Sekali lagi, marah itu tidak selalu negatif, karena marah juga penting bagi perkembangan emosi. Hanya, karena marah bisa berdampak negatif dan positif, maka harus benar-benar dijaga perasaan "AMARAH" tersebut.

Dalam Amarah atau saat Marah, empat ciri dasar ini selalu akan terungkap :

1. Amarah  sebagai emosi.
Emosi itu ibarat sebuah garpu pengangkat jerami, yang mempunyai tiga gigi,gigi yang pertama adalah "berpikir". Jika Anda marah, Anda berpikir menurut suatu cara tertentu. Gigi kedua adalah ketegangan fisik. Jika anda marah denyut jantung Anda akan bersetak lebih kencang, tekanan darah dan pernafasan meningkat. Elemen ketiga adalah tingkah laku, berupa reaksi terhadap suatu situasi

Dalam bahasa Inggris sendiri kata emosi atau emotion [noun=kata benda (abstrak) ]. Dalam kamus Oxford Leaner's Pocket Dictionary, Emotion  berarti strong feeling, eg.  love, joy, fear or hate, termasuk juga angry (marah).
Jadi ini adalah wajar saat manusia merasa Marah atau merasakan amarah. Justru secara psikologi tidak normal kalau seseorang tidak bisa merasakan amarah. Ada yang salah dengan respon psikisnya. Namun, tetap marah yang sehatlah yang baik. (Saya pribadi sedang belajar mengendalikan amarah menjadi marah yang sehat).

2. Amarah sebagai perasaan.
Contohnya saat saya bersitegang dengan seseorang. Saya mungkin saja berteriak-teriak, mengomel, mengeluh, membentak dan atau cara lain yang mengungkapkan perasaan tersebut. Lima menit atau berjam-jam kemudian, amarah saya menurun. Saya sudah tidak lagi berteriak-teriak, tetapi kemudian saya harus menghadapi dampak dari komponen perasaan akibat marah, yaitu : tersinggung, kesal, kurang percaya diri, depresi. Amarah adalah perasaan, karena amarah mengubah kesan anda terhadap sesuatu orang seseorang yang lain. Banyak orang beranggapan keliru, dengan menganggap bahwa perasaan itu bisa "salah" atau "benar". Padahal perasaan itu hanyalah ungkapan dari cara mereka merasakan sesuatu. Sekali Anda menyadari perasaan Anda, terutama amarah, Anda dapat memilih apakah Anda ingin mengungkapkan atau tidak.

3. Amarah itu komunikator.
Marah atau Amarah itu sebenarnya adalah bentuk komunikasi karena saat saya marah atau saat saya merasakan amarah, saya sedang mengkomunikasikan informasi. Amarah kita mengungkapkan ketidak senangan kepada orang lain. banyak diantara kita semasa anak-anak telah diajar bahwa mengungkapkan kemarahan adalah keakuan yang tidak pantas. Padahal ajaran ini salah besar! Tidak sesederhana itu! Setiap orang punya hak atas amarah, seperti halnya setiap orang juga punya hak atas persaan. TUHAN saja bisa marah kan :)
Beberapa orang mengkomunikasikan amarah mereka dengan berteriak, yang lain dengan menggunakan "gaya marah tapi diam". Ada juga yang menggunakan gaya marah diam tapi memerlukan teman untuk curhat. Setiap orang berbeda-beda.

4. Amarah itu punya konsekuensi.
Marah atau Amarah itu menimbulkan konsekuensi negatif maupun positif. Amarah adalah sumber daya yang ampua yang dapat menciptakan keakraban atau justru menjauhkan orang lain. Menjauhkan kalau marah atau amarah tidak dikomunikasikan secara terbuka dan jujur. Tapi Mendekatkan hubungan saat saya dapat mengakui amarah dan mengarahkanya secara positif. Ini tidak mudah! Saya sendiri seorang yang gampang marah (saya akui itu :D). Maka, marah atau amarah perlu dikendalikan supaya saat saya merasakannya saya dapat menyalurkannya, sehingga saya dapat meningkatkan dampak positifnya dan memperkecil konsekuensi negatifnya.

Jadi, kesimpulannya wajar kalau seseorang MARAH atau merasakan AMARAH. Hanya, bukan berarti hal ini menjadi pembelaan terhadap marah yang negatif (termasuk koreksi untuk diri saya pribadi).

Lalu, kenapa saya sengaja menulis note ini?
Karena saya gampang sekali marah, dan saya sadar kemarahan saya (walau tidak saya ungkapkan dengan ekstrim) membuat orang-orang terdekat saya tidak nyaman dan berprasangka.

Saya gampang marah saat saya mengalami sesuatu yang buruk yang cenderung disebabkan oleh kelakuan orang lain sehingga merugikan saya baik secara materi maupun non materi.

Saya marah, saat buku-buku saja dipinjam si A lalu si A meminjamkan kepada orang lain lagi tanpa pemberitahuan sehingga saat saya butuh buku tersebut saya kesusahan mencarinya, lalu tidak dikembalikan lagi kepada saya. Apalagi saat sii peminjam pura-pura merasa tidak pernah meminjam buku saya. (Sudah banyak buku-buku saya yang dipinjam dan tidak pernah dikembalikan. Buat saya, semurah apapun sebuah buku, sangat berharga nilainya karena setiap buku punya arti dan informasi penting buat saya).

Saya marah saat barang saya dipinjam, tanpa pemberitahuan, tidak diletakkan kembali ke tempatnya dengan baik, sehingga saya kesulitan mencari barang tersebut. Yang membuat saya sering jengkel saat barang saya dipinjam bertahun-tahun, tidak dikembalikan dan si peminjam cuek, sampai barang saya tersebut rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Terlebih kalau barang itu pemberian sahabat/keluarga saya. (Setiap barang, bagi saya, termasuk buku, punya arti tersendiri. Itu sebabnya saya punya barang tersebut).

Saya marah saat petugas POM BENSIN mengisi motor saya dengan Bio Pertamax sebanyak 20.000 dan sengaja tidak mengembalikan uang kembalian saya saat saya membayar dengan 50.000 atau lebih. Saat saya menangih petugas tersebut mengelak bahkan mengatakan saya tidak pernah mengisi bahan bakar disitu.

Saya marah saat seseorang berjanji tapi kata-katanya tidak bisa ditepati, tanpa konfirmasi lagi. Saya marah saat seseorang berbicara plin plan, mau ini, mau itu, tapi tidak jelas.

Saya marah saat seseorang berbohong, apalagi mengikut-sertakan orang lain dalam kebohongannya, hanya karena ia tidak mau menjawab pertanyaan atau permintaan saya. Lebih baik bilang TIDAK, dari pada IYA tapi ternyata ujung-ujungnya TIDAK.

Saya marah, saat saya berbuat salah, tapi teman saya justru membicarakan saya di belakang, bukannya menegur saya secara pribadi dan membantu saya untuk menjadi seorang yang lebih baik. Bukankah seorang teman itu saling memperbaiki?!

Saya marah saat orang seenaknya memperlakukan orang lain, mendiskriminasi, menghina, merendahkan bahkan membeda-bedakan. Saya marah saat orang bersikap seolah-olah ia paling hebat padahal sebenarnya ia tidak lebih baik dari orang lain.

Saya marah saat seseorang sadar dia salah, bukannya memperbaiki kesalahannya justru senang melakukan kesalahan tersebut berulang kali.

 Tapi, saat saya tidak pernah marah sampai saya berteriak-teriak atau memaki orang lain. Saat saya marah, saya akan diam, walau bad mood dan bikin semua orang di sebelah saya jadi ikutan bad mood, saya akan berusaha sebisa mungkin tidak mengungkapkan kemarahan saya dengan memaki, karena artinya saya marah tidak sehat.

Saat saya marah, saya akan diam, berusaha menenangkan diri saya dan mengontrol amarah saya tanpa merusak benda, melakukan kekerasan fisik kepada orang lain atau melukai diri saya sendiri. Walaupun saya bisa saja nyolot saat berbicara atau dengan nada sedikit tinggi, tapi saya berusaha menenangkan diri. Tidak mudah mengendalikan amarah. Tidak enak juga menahannya. Saya bergumul keras dengan itu, apalagi saya punya prinsip, aturan dan idealisme yang sering kali kebanyakan orang sulit melakukannya, misalnya saja dengan memperlakukan barang milik saya dengan baik.
Saya tidak pelit, barang saya boleh dipinjam dan dipakai, tapi tolong dirawat. Apalagi kalau barang orang lain yang dititipkan kepada saya, dipakai, tolong dirawat dan segera dikembalikan saat tidak lagi dipakai, karena bagaimana pun itu barang orang lain, bulan barang saya. Uang saya boleh dipinjam, tapi saat bilang pinjam tolong dikembalikan karena itu berasal dari orang tua saya, atau lebih baik bilang minta, karena saya tidak enak menagihnya.

Saya gampang marah saat sesuatu yang buruk dilakukan orang lain kepada saya. Tapi saya bukan seorang pendendam. Sekarang marah, sejam lagi saya sudah biasa dan melupakan amarah saya. Saya tidak suka menyimpannya lama-lama.

So, marah itu wajar karena saya seorang manusia. Tapi, ini bukan berarti pembelaan, karena marah juga harus dikendalikan supaya jadi marah yang sehat. :)




juga di posting di account FB http://www.facebook.com/note.php?note_id=452613251855

:: Sudahkah Kujadikan YESUS Sebagai Sahabatku? :: (Christian's)

YESUS, ALLAH yang mewujud dalam diri seorang manusia, menawarkan diri-NYA dan menjadikan diri-NYA sahabat bagi semua orang. Kapan pun. Di mana pun.

YESUS, Tuhan dan Juruselamat yang hidup, pernah berkata kepada ke-12 murid-murid-NYA, bahwa IA adalah sahabat mereka (Yohanes 15:15). Perkataan ini juga berlaku bagi kita, semua orang yang percaya dan menerima YESUS KRISTUS sebagai TUHAN dan JURUSELAMAT. Kita, kamu dan aku, adalah sahabat-sahabat YESUS KRISTUS.

Menjadi sahabat adalah hidup dalam hubungan yang terdapat sifat kohesi atau daya tarik-menarik. Secara fisik tertuang dalam perjumpaan tatap muka, saling berbagi cerita, saling mengunjungi dan saling menyemangati satu sama lainnya secara langsung. Apabila jarak menjadi pemisah, maka secara psikis sahabat akan saling teringat, saling berhubungan dalam doa, saling berkirim surat dan saling berkomunikasi dengan telepon. "Jauh di mata, dekat di hati", begitulah sahabat.

Saat kita mejadi sahabat Kristus, sulit berjumpa secara fisik dalam waktu sekarang ini, namun kita tetap berhubungan secara roh. Secara spiritual. Secara tak terlihat tapi dapat dirasakan. Roh-NYA tinggal bersama kita, di dalam kita, menyatu dan tak terpisahkan. Kita berhubungan dengan DIA melalui doa, melalui segala yang kita dengar, yang kita rasakan, yang kita lihat, yang kita kecap dan yang kita pikirkan.

Lalu, aku mengintrospeksi diriku dan melihat dari cermin koreksi diri: SUDAHKAH KUJADIKAN YESUS KRISTUS SEBAGAI SAHABATKU?

Apabila selama ini aku belum pernah berdoa atau berdoa hanya pada saat aku mengalami kesulitan saja. Apabila saat berdoa, bersaat teduh, membaca surat cinta-NYA yang tertulis dalam Alkitab, mendengarkan suara-NYA yang memanggil dan berbicara kepadaku dalam doa dan saat teduhku, saat menyelidiki dan mempelajari Firman-NYA bahkan saat berpuasa atau pun melakukan kebenaran Firman-NYA sehari-hari terasa begitu sulit; aku begitu malas untuk datang kepada-NYA; aku begitu malas untuk merespon panggilan-NYA; aku begitu enggan untuk berdoa; mungkin TUHAN YESUS KRISTUS belum benar-benar kutempatkan di posisi "SEORANG SAHABAT" dalam hidupku. Padahal, IA adalah sahabat yang paling setia, sampai kapan pun!





Denpasar, 2010.
Copyright Jeannita Adisty

Selasa, Juli 13, 2010

THAT’S IT!

I just hope that you're true... I always tell the real things for you and no lie. I never hope you give me another thing but just the true and honest. That's it!

I was think that you're my relative, our relation was the brotherhood. I was subjected you as same as my brothers and sisters. I just hope the same not more. To be your relative without the blood strings is a great gift. That's it!

I never care what they say about you. I never care about all bad prejudice. I ignore them. Because I trust you as my relative. Because I believe that you're true and honest to me. That's it!

I care about you! I'm worry about you. Do you eat well, do you sleep well, do you work well, do you live well and so on. I just care because I love you as my relative, just like my brothers and sisters. That's it!

I never care about your bad past. All you share I accepted as well as I think it's true and honest. I love you sincerely as my relative. As my best friends. That's why I want the best for you and when you're wrong I'll tell you. That's it!

Every time I pray, even when I'm eating and drinking, I pray for you too. When I pray before I sleep, I pray that you may sleep well. When I pray before I eat and drink I pray that you may get the same blessings. I pray when you're sick and hope that God heals you so you will be health. It's all because I love you. You're my lovely one. My relative. My best friends. That's it!

Now, when I find another facts which showed another prejudices, I can't only think positive. Those negative things come to me and I need to confirm it. But I don't know how should I talk with you. I don't want to lose you. You're my relative as same as my brothers and sisters with the blood string. That's it!

So, I pray that you'll tell me the true, without no lie or any covered things. I want to have a true relationship as a relative with you. That's it!


 

Copyright Jeannita Adisty

Also posted in http://www.facebook.com/note.php?note_id=405969146855

Judi Bola dan Kepopuleran Paul Si Gurita (Christian's life)

Demam Piala Dunia membuat orang-orang berjudi makin ikut-ikutan demam. Panasnya bahkan sangat tinggi hingga banyak yang mengusahakan kemenangan atas taruhannya dengan banyak cara. Termasuk mencari tahu prediksi kemenangan lewat hal-hal yang "gaib", "mistik" dan sulit diterima logika.


 

Tak jarang ada yang bertanya pada para peramal, tukang tenung, orang-orang yang mengaku punya kemampuan "lebih", hingga sekarang sedang populer bertanya pada hewan-hewan.


 

Di twitter, salah satu jejaring sosial yang sekarang juga lagi nge-tren di Indonesia, bahkan di dunia, topik pembicaraan terhangat adalah tentang Paul si Gurita, yang setiap kali memprediksikan tentang pertandingan bola selalu benar. Maka, media masa hampir di seluruh dunia kemudian selalu memberitakan tentang ramalan si Paul.


 

Waktu si Paul memberitakan tentang kekalahan Jerman terhadap Serbia menjadi kenyataan. Lalu saat si Gurita yang berasal dari Inggris ini kemudian menunjukkan bahwa Jerman akan menang melawan England dan juga Argentina, sama seperti kenyataan. Bahkan saat sebelum pertandingan Jerman vs Spanyol dimulai, si Gurita ini menunjukkan bahwa Jerman akan kalah. Wah, banyak orang kemudian makin bergantung pada si Gurita ini.


 

Walaupun tidak semua orang percaya terhadap si Gurita ini, termasuk saya, tetap saja banyak yang percaya. Bahayanya tidak hanya Paul si Gurita ini yang menjadi terkenal, beberapa peramal lain juga ikut-ikutan dicari-cari karena dianggap mampu memberitahu tentang masa depan.


 

Wah, manusia semakin bergantung pada sesuatu yang tidak baik. Siapa yang bisa membuktikan bahwa kemampuan seseorang atau binatang atau sesuatu benda untuk memprediksi masa depan itu berasal dari Tuhan? Siapa yang bisa menjamin kalau itu bukan kuasa jahat? Ini bagi orang-orang Kristen berbahaya. Dan mirisnya banyak orang Kristen tidak tahu, lupa atau bahkan tidak mau tahu dan pura-pura lupa, bahwa hal-hal ramalan itu "haram" bagi semua orang Kristen.


 

Kalau sebagai orang Kristen rajin baca Alkitab, atau setidaknya pernah baca Alkitab, benar-benar mendegarkan pengajaran tentang Firman Tuhan saat ibadah di Gereja, harusnya tahu dan mengerti benar bahwa ramalan-ramalan itu kekejian di mata Tuhan. Maka, kalau benar-benar Kristen, harus melakukan yang Tuhan mau, yaitu menjauhi ramalan-ramalan, tukang tenung/peramal dan hal-hal yang berkaitan atau berhubungan dengannya.


 

Teks Alkitab dalam PL ,ditulis di kitab Imamat 19:31 "Janganlah kamu berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal; janganlah kamu mencari mereka dan dengan demikian menjadi najis karena mereka; Akulah TUHAN, Allahmu." Sudah jelas Firman Tuhan menyatakan bahwa ramalan, tenungan dan hal-hal yang terkait dengan itu adalah tidak benar untuk dilakukan orang-orang percaya.


 

Masih di kitab Imamat 20:26, ditulis "Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku." Maka kita yang percaya ini, dan telah diberikan Roh Kudus dalam diri kita, harus benar-benar menjaga diri dari hal-hal yang mendukakan Tuhan. Kita harus menjaga diri kita dihadapan Allah agar tetap kudus, karena kita ini milik kepunyaan Allah. Terlebih di dunia yang semakin banyak menawarkan hal-hal yang menggiurkan padahal itu belum tentu berasal dari Tuhan.


 

Masih ragu kalau hal-hal ramalan itu kekejian bagi Tuhan? Baca juga di kitab Ulangan 18:10-12a "Di antaramu janganlah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati. Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi TUHAN,".


 

Ramalan adalah kekejian dan najis bagi Tuhan juga didukung dalam teks kitab Yesaya 8:19 "Dan apabila orang berkata kepada kamu: "Mintalah petunjuk kepada arwah dan roh-roh peramal yang berbisik-bisik dan komat-kamit," maka jawablah: "Bukankah suatu bangsa patut meminta petunjuk kepada allahnya? Atau haruskah mereka meminta petunjuk kepada orang-orang mati bagi orang-orang hidup?"


 

Ingatlah bahwa hanya TUHAN yang tahu tentang masa depan setiap ciptaan-Nya di muka bumi ini. Karena TUHAN yang menentukan. Okelah para peramal itu bisa memprediksikan masa depan, tapi siapa yang bisa menjamin prediksi itu benar? Bisa-bisa kita terpengaruh secara psikis dan kita berbuat yang buruk karena prediksi itu. Atau siapa yang bisa menjamin prediksi itu berasa dari Tuhan dan bukan dari iblis? Karena Tuhan sendiri yang bilang bahwa Ia menjadikan segala sesuatu itu seorang diri, jadi hanya Ia yang tahu tentang ciptaan-Nya itu. Nggak percaya? Baca Yesaya 44:24-25 "Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, yang membentuk engkau sejak dari kandungan; "Akulah TUHAN, yang menjadikan segala sesuatu, yang seorang diri membentangkan langit, yang menghamparkan bumi--siapakah yang mendampingi Aku? -- Akulah yang meniadakan tanda-tanda peramal pembohong dan mempermain-mainkan tukang-tukang tenung; yang membuat orang-orang bijaksana mundur ke belakang, dan membalikkan pengetahuan mereka menjadi kebodohan;".


 

Jadi, percayakan hanya pada Tuhan. Tidak perlu mengikuti rasa ingin tahu yang besar akan masa depan atau hari esok atau apapun. Biarkan keingintahuan itu menjadi rahasia Tuhan dan pada saatnya nanti kita diberitahukan-Nya akan menjadi surprise yang indah. Ingat bahwa segala sesuatu itu ada waktunya. Apalagi pertandingan, wajar kalau ada yang menang dan ada yang kalah. Kalau semuanya menang ya tentu bukan permainan namanya. Kalaupun harus kalah, pasti ada hal-hal baik dan positive yang bisa diambil sebagai pelajaran.


 

So, jauhilah hal-hal yang tidak disukai Tuhan. Hanya andalkan Tuhan saja. Kalau tidak, Tuhan juga bisa murka. Ingat, dalam kekristenan tidak ada karma. Itu tidak berlaku, tapi hukum tabur-tuai lah yang berlaku. Apa yang kamu tabur hari ini akan kamu tuai di kemudian hari. Kalau menabur yang buruk dan tidak baik, jangan salahkan Tuhan kalau nantinya yang buruk yang kamu tuai. Karena kamu sudah memilih yang bukan Tuhan sediakan.


 


 

PS : Baca jugasa kitab Mikha 5:10-15. Itu salah satu konsekuensi hukuman bagi yang suka ramalan dan tidak patuh akan perintah Tuhan. Ingat apa yang ditabur itu yang akan dituai. :)


 


 

With love, jean.

Copyright Jeannita Adisty

Aslo posted in http://www.facebook.com/note.php?note_id=408693981855

Menjadi Saksi Kristus : Belajar dari Kisah Hidup Sang Khalil* Gibran (1883 – 1931)

Siapa yang tidak tahu Khalil Gibran? Di negara-negara di seluruh dunia banyak yang mengutip tulisan Khalil Gibran. Entah dikutip dalam buku-buku, lagu, puisi, cerita, pigura, hingga kata-kata mutiara. Ya, saya sendiri dan banyak orang-orang akan setuju kalau setiap karya Khalil Gibran seperti mutiara. Indah dan bersinar terang dalam jiwa.


 

Semasa hidupnya, Khalil Gibran sudah mengarang belasan buku prosa dan pusi dalam bahasa Arab dan Inggris. Beberapa dari hasil karya Gibran sudah ada yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Beberapa diantaranya saya punya, seperti Sang Nabi, Jesus the Son of Man, Between Night & Morn (Antara Malam & Pagi) dan beberapa buku kumpulan puisi-puisi karya Gibran.


 

Saya sangat mengagumi sosok seorang Khalil Gibran. Bukan hanya karena karya-karyanya yang menginspirasi saya. Tapi juga karena karya-karya Gibran mengajarkan saya dan mengingatkan saya banyak hal. Salah satunya adalah Gibran memberikan saya pelajaran untuk terus menjadi berkat bagi orang lain walaupun hidup kita sendiri tidak selalu baik, nyaman dan lancar. Seperti hidupnya sendiri.


 

Kalau kita yang membaca karya-karya Gibran kita mungkin mengira ia memiliki hidup yang indah, seindah karya-karyanya. Tapi sebenarnya hidup Gibran yang nyata tak seindah mutiara-mutiara yang dihasilkannya. Ia justru hidup dengan banyak penderitaan. Kalau saya jadi seorang Gibran atau saya hidup seperti kehidupan yang Gibran miliki, mungkin saya tidak akan kuat seperti Gibran yang tetap kuat dan tegar hingga akhir hidupnya. Setiap kali saya membaca biografi singkat tentang kehidupan Gibran, saya selalu ingin menangis. Saya seperti merasakan penderitaan yang dulu Gibran rasakan. Tapi saya bangga karena Gibran adalah seorang yang luar biasa karena ia tetap kuat dan tegar bahkan menghasilkan karya-karya yang luar biasa. Walau pun semasa hidupnya Gibran sering mendapatkan duka. Duka itu tak membuatnya patah dan menyerah. Ia terus berjuang dan terus menghasilkan karya-karya yang menyuarakan kebenaran dan karya itu menjadi akrab dalam hati banyak orang, termasuk hati saya.


 

Kalau saya bercermin pada kehidupan Gibran dan melihat kehidupan orang lain terlebih hidup dan diri saya sendiri, mungkin saya tidak bisa sekuat Gibran. Banyak orang termasuk saya tidak akan bisa bertahan dengan penderitaan. Lihat saja sekeliling kita. banyak orang yang tertimpa masalah dan penderitaan tapi bukannya memilih untuk kuat dan menyelesaikan persoalan hidupnya namun mencari pelampiasan kepada hal-hal buruk yang merusak bahkan banyak yang menyerah. Banyak kasus bunuh diri. Banyak kasus orang-orang terlibat kejahatan, mati karena mabuk-mabukan dan mengkonsumsi narkoba. Tapi Gibran bertahan. Semua itu karena ia tahu arti hidupnya. Mengapa ia hidup dan untuk siapa dia hidup. Ia hidup karena Kristus telah mati baginya. Ia hidup untuk Kristus, sebagai saksi Kristus, agar menjadi berkat bagi banyak orang lewat karya-karyanya. Dan sekarang terbukti, lama setelah Gibran meninggal, karya-karyanya tetap hidup dan menginspirasi banyak orang di seluruh dunia.


 

Khalil Gibran adalah seorang sastrawan Arab yang berkebangsaan Lebanon. Gibran lahir pada tanggal 6 Januari 1883 di sebuah desa yang sunyi, kecil, sering dilanda badai, petir dan gemba. Desa itu bernama Desa Beshari yang terletak di lereng pegunungan Al-Arz. Makanya jangan heran kalau di banyak karyanya Gibran mengungkapkan kecintaannya akan alam.


 

Ayah Gibran adalah seorang petani yang suka mabuk-mabukan dan suka memukul siapa saja. Ayahnya adalah seorang yang kasar. Sedangkan ibunya adalah seorang putri pendeta yang sangat suka menyanyi dan membaca. Semasa kecilnya Gibran tinggal di Lebanon, ia tidak pernah bersekolah. Tapi ia sangat senang belajar bahasa. Ia belajar bahasa Arab, Perancis dan Inggris dari ibunya. Saya pikir kecintaan Gibran akan karya seni berasal dari ibunya yang juga cinta akan karya seni.


 

Sekitar usia 10 tahun, tepatnya sekitar tahun 1893, Gibran bersama ibu dan kedua adiknya yaitu Mariana dan Sultana, pindah ke Amerika. Mereka menyusul kakak Gibran yang bernama Boutros (=Petrus) yang sudah terlebih dahulu pindah ke Amerika dan menjadi pencari nafkah bagi keluarga sebagai pelayan toko. Namun karena usia Boutros pada waktu itu masih belasan tahun, jadi penghasilannya tidak mencukupi untuk membiayai keluarganya. Hal ini menyebabkan Gibran dan keluarganya tinggal di apartemen kecil dan padat di perkampungan kumuh orang Cina di Boston. Namun, beruntungnya Gibran bisa bersekolah. Para guru Gibran pun terkesima karena kecerdasannya. Karya seni sastra dan seni lukis Gibran membuat orang-orang terkesan dan terpukau. Tiga tahun lamanya Gibran bersekolah di Boston dan beradaptasi dengan budaya Amerika.


 

Pada tahun 1896, tiga tahun kemudian, di saat usia Gibran 13 tahun, ia kembali pulang ke Lebanon. Ia pulang karena rasa rindu akan kampung halamannya. Di Lebanon Gibran masuk Seminari Madrasah Al-Hikmah, sebuah seminari yang mengutamakan pertumbuhan spiritualitas. Gibran bersekolah di sini untuk belajar sastra Arab kuno. Setiap hari para murid dan guru berkontemplasi di depan salib Kristus. Pertumbuhan spiritualitas dan semua pengalaman di Seminari inilah yang kemudian berdampak besar bagi sikap religius Gibran dalam karya-karya sastra dan lukisnya. Ia bersekolah di Seminar ini dari tahun 1898-1901.


 

Kemudian pada usia 18 tahun, sekitar tahun 1901, Gibran pindah ke Paris, Perancis, untuk belajar seni lukis. Selama di Paris ini ia menulis drama pertamanya. Tapi setahun kemudian, sekitar tahun 1902 Gibran kembali ke Boston karena adiknya Sultana sakit. Sultana menderita tuberkulose dan kemudian meninggal dunia. Gibran sangat terpukul. Terlebih musibah lainnya kembali datang. Belum genap setahun setelah meninggalnya Sultana, kakak Gibran yang merupakan pencari nafkah keluarga, Boutros, kemudian meninggal dunia. Lalu empat bulan kemudian setelah kematian Boutros, ibu Gibran juga meninggal dunia. Kepergian Boutros dan ibu Gibran ini kira-kira terjadi sekitar bulan Maret – Juni 1903.


 

Usianya baru 20 tahun dan sudah mengalami banyak kehilangan orang-orang yang dikasihinya. Tahun-tahun itu merupakan tahun yang terberat dalam kehidupan Gibran. Karya pertamanya, "Spirits Rebellious" ditulis di Boston dan diterbitkan di New York. Karya pertama ini berisi empat cerita kontemporer sebagai sindiran keras bagi beberapa orang dan meyerang orang-orang tersebut karena Gibran melihat mereka sebagai orang-orang yang korup. Akibatnya, Gibran menerima hukuman berupa pengucilan dari gereja Maronite. Tapi, sindiran-sindiran Gibran itu tiba-tiba dianggap sebagai harapan dan suara pembebasan bagi kaum tertindas di Asia Barat.


 

Ia kemudian hidup berdua dengan adiknya, Mariana. Maka mereka berdua harus bekerja untuk menyambung hidup. Mariana kemudian bekerja menerima jahitan dan Gibran bekerja menjilid buku di percetakan. Selain itu Gibran terus melukis dan menjajakan lukisannya. Karya-karya Gibran pun masih terbit dan karir seni Girbran saat itu dibiayai oleh adiknya Mariana, hasil dari pekerjaan menjahitnya di Miss Teahan's Gowns. Pada tahun 1904 Gibran telah melakukan pameran seni pertamanya di Boston. Buku pertama Gibran, "AL-MUSIQA (1905)" adalah tentang musik.


 

Pada usia 25 tahun, sekitar tahun 1908, Gibran kembali ke Paris. Di Paris Gibran hidup senang dan secara rutin menerima cukup uang dari Mary Haskell, seorang wanita kepala sekolah yang berusia 10 tahun lebih tua. Dari tahun 1909 sampai 1910, Gibran belajar di School of Beaux Arts dan Julian Academy.


 

Kemudian Gibran Kembali ke Boston dan mendirikan sebuah studio di West Cedar Street di bagian kota Beacon Hill. Gibran juga mengambil alih pembiayaan keluarganya. Pada tahun 1911 di usianya yang ke-28 tahun, Gibran pindah ke kota New York. Di New York Gibran bekerja di apartemen studionya di 51 West Tenth Street, sebuah bangunan yang sengaja didirikan untuk tempatnya melukis dan menulis.


 

Sebelum tahun 1912 "Broken Wings" telah diterbitkan dalam Bahasa Arab. Karya Gibran ini memberikan pengaruh yang besar bagi dunia Arab. Hal ini karena untuk pertama kalinya wanita-wanita Arab yang di-nomor-duakan mempunyai kesempatan untuk berbicara bahwa mereka adalah istri yang memiliki hak untuk memprotes struktur kekuasaan yang diatur dalam perkawinan. Kontribusi Gibran bagi dunia Timur tak berhenti disitu. Ketika terjadi perang besar di Lebanon, Gibran menjadi seorang pengamat dari kalangan non-pemerintah bagi masyarakat Syria yang tinggal di Amerika.


 

Gibran terus menulis semenjak karya pertamanya itu terbit. Karya-karya itu adalah suatu cara agar dirinya memahami dunia sebagai orang dewasa saat ia masih sebagai seorang siswa di Lebanon.Karya-karya itu aslinya ditulis dalam bahasa Arab,namun tidak dipublikasikan seketika itu. Kemudian Gibran menulis ulang dan mengembangkan karya-karyanya yang sudah ditulisnya dalam bahasa Arab itu ke dalam bahasa Inggris. Proses pengembangan dan penulisan ulang sekitar tahun 1918-1922.


 

Sebelum tahun 1918, Gibran sudah siap meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa Inggris yang berjudul "The Madman". Setelah itu Gibran menghasilkan karya yang berbahasa Inggris lainnya yaitu "Twenty Drawing (1919)" dan "The Forerunne (1020)". Namun dibalik karya-karya yang satu per satu lahir dari buah pemikiran Gibran, penderitaan tak berhenti sebatas kehilangan dua saudara dan ibunya. Suatu hari Gibran ikut dalam sebuah pameran, namun naasnya ruang pameran beserta semua lukisan Gibran musnah terbakar. Ini semua hanyalah sebagian kecil dari banyak penderitaan Gibran semasa hidupnya.


 

Sepanjang hidupnya, Gibran terus mengalami musibah yang silih berganti. Tapi ia terus tegar dan menjalani hidupnya dengan menghasilkan karya-karya yang luar biasa. Inilah kesaksian Gibran bahwa justru semua penderitaan yang dialaminya membuatnya bertumbuh menjadi seorang yang bijak. Semua penderitaan dan kesedihan dalam hidupnya dianggapnya sebagai setiap musim yang menakjubkan. Ketakjuban Gibran akan kehidupannya tertulis jelas dalam karya-karyanya.


 

Gibran mengibaratkan kehidupannya seperti kerang yang berusaha membentuk mutiara yang indah. Dan memang sepanjang hidupnya karya-karya yang dihasilkan Gibran seperti mutiara yang indah. Banyak orang di seluruh dunia yang mengagungkan Kahlil Gibran, menyukai karya-karyanya dan menjadikan karya-karya itu sebagai kata-kata mutiara yang menyinari jiwa. Namun tidak semua orang tahu bahwa karya-karya indah seindah mutiara yang penuh ilham itu berasal dari kerang yang sedang menderita luka dan kesakitan.


 

Pada usia 40-an sekitar tahun 1923 Gibran menderita penyakit dan jatuh sakit. Namun ia terus berkarya bahkan dalam penderitaannya ia semakin kreatif dan produktif. Beberapa hasil karya Gibran semasa sakitnya ini adalah "The Prophet (Sang Nabi, 1923)" yang paling terkenal dan sudah diterjemahkan lebih dari 20 bahasa di dunia, "Sand and Foam (1926)", dan "Jesus the Son of Man (1928)". Ia juga membacakan naskah drama tulisannya, "Lazarus" pada tanggal 6 Januari 1929.


 

Ia merasa menanggung suatu penderitaan hidup yang ingin dibagi kepada orang lain sebagai kesaksian hidupnya. Gibran menghayati hidupnya sebagai anugerah seperti mahkota sekaligus salib. Mahkota karena hidup ini seperti mahkota keagungan yang berharga dan harganya tak ternilai. Salib karena sebagai pengikut Kristus ia harus rela memikul salibnya setiap hari. Gibran merenung bahwa mengikut Kristus adalah memakai mahkota keagungan sekaligus memikul salib penderitaan.


 

Pada tanggal 10 April tahun 1931 saat usia Gibran 48 tahun, ia meninggal dunia, tepat jam 11.00 malam waktu setempat. Tubuhnya memang telah lama digerogoti sirosis hati dan TBC. Tapi selama ia berjuang dengan penyakitnya ia menolak untuk dirawat di rumah sakit. Pada pagi hari terakhir itu, Gibran sempat dibawa ke St. Vincent's Hospital di Greenwich Village. Sebelum meninggal ia sudah menyelesaikan sebuah karya "The Earth Gods (1931)". Karyanya yang lain "The Wanderer", yang selama ini ada di tangan Mary Haskell, diterbitkan tanpa nama pada tahun 1932, setahun setelah kematian Gibran. Kemudian disusul terbiatnya tulisan Gibran yang lain yang berjudul "The Garden of the Prophet".


 

Jenazah Gibran dibawa dari kota New York, Amerika, menuju Lebanon. Jenazahnya disemayamkan di Gereja St. George di Beirut. Saat persemayamannya hadir banyak orang dari berbagai keyakinan seperti Sunni, Shi'a, Druze, Yahudi, Ortodoks, Yunani, Maronit, Anglikan, Katolik, Protestan dan lainnya. Kemudian Gibran dimakamkan dalam sebuah gua di Biara Mar Sarkis pada tanggal 21 Agustus. Tempat ini dulunya merupakan tempat dimana saat kanak-kanak Gibran suka duduk termenung dan merenung di bawah pohon aras dan memandangi bukit dan lembah. Dimana Gibran merasa sangat dekat dan karib dengan bumi dan akrab dengan sorga.


 

Gibran sepanjang hidupnya menjadi saksi Kristus lewat karya-karyanya. Ia menghasilkan banyak karya yang menjadi berkat bagi banyak orang di dunia. Berkat yang mengilhami dan menginspirasi banyak orang. Seperti salah satu tulisannya :


 

"............

Pabila tutur kataku merupakan kebenaran,

kebenaran itu akan mewujudkan diri dalam suara yang lebih bening

berupa kata-kata yang lebih akrab dengan lubuk hati.


 

Aku pergi bersama angin,

Tetapi bukan menuju alam kekosongan.


 

Pabila hari ini belum merupakan pemenuhan kebutuhanmu,

belum menjadi perwujudan kasihku yang sempurna,

biarlah dia menjadi perjanjian antara kau dan aku,

perjanjian sampai suatu hari lain kita bersua."


 

Puluhan tahun berlalu setelah kematian seorang sastrawan luar biasa, Khalil Gibran. Namun seperti harapan Gibran, kebenaran-kebenaran yang dikatakan Gibran telah mewujudkan diri menjadi suara yang lebih bening. Menjadi kata-kata seperti mutiara, yang bersinar dan terasa lebih akrab dalam hati dan jiwa setiap orang yang membacanya.


 

"Kami adalah anak-anak Duka; kami adalah pujangga, nabi serta musisi. Kami tenun pakaian bagi dewi dari benang-benang hati kami, dan kami penuhi tangan para malaikan dengan benih dari batin kami sendiri.


 

Engkau adalah anak-anak yang mengejar kesenangan duniawi. Engkau tempatkan hatimu di dalam tangan Kekosongan, sebab sentuhan tangan terhadap Kekosongan itu lembut dan mengundang. Engkau tinggal di rumah Ketidak-tahuan, sebab di dalam rumahnya tak ada cermin untuk melihat jiwamu."

-Between Night and Morn : We and You (Antara Malam dan Pagi : Kami dan Dikau)-


 

Walaupun Gibran telah lama pergi, ia pergi ke alam kekekalan bukan alam kekosongan. Ia sedang bersama-sama dengan Kristus di Sorga. Gibran juga yakin bahwa suatu hari nanti, setiap orang yang percaya dan menjalani hidup ini sebagai saksi Kristus yang menyuarakan kebenaran dan menyebarkan perdamaian, maka orang-orang itu akan bertemu lagi bersama-sama dia di Sorga.


 

Terimakasih Tuhan, untuk keberadaan seorang Kahlil Gibran dan talenta luar biasa yang Kau anugerahkan untuknya. Terimakasih saya boleh mengenal karya-karyanya dan belajar dari kehidupan seorang Gibran.


 

Terimakasih Gibran, untuk karya-karya luar biasa yang kau hasilkan, yang terus hidup hingga hari ini walaupun jasadmu sudah lama mati, yang menyuarakan kesaksian tentang hidupmu. Terimakasih untuk membaginya kepada semua orang di dunia ini. Semoga semakin banyak orang yang membacanya dan terinspirasi untuk menjalani hidup ini dengan baik dan benar. Semoga semakin banyak orang Kristen khususnya yang menyadari bahwa menjadi Kristen adalah menjadi saksi Kristus yang hidup dengan gaya hidup Kristus.


 

Kalau Gibran dengan banyak penderitaannya mampu menjadi saksi Kristus yang menjadi berkat hingga sekarang, bagaimana dengan saya dan Anda yang mengaku Kristen, tiap hari Minggu beribadah rutin di Gereja, yang di banyak situs pertemanan mencantumkan "I Love Jesus" ; "Jesus forever"; atau banyak slogan-slogan kebanggaan lainnya?


 

Selamat belajar menjadi saksi Kristus yang hidup dengan gaya hidup Kristus!


 

Dan...,


 

sampai bertemu di rumah Bapa di Sorga, inspirator idolaku, Kahlil Gibran!


 


 

With love,

Jean.


 

Denpasar, awal Juli 2010.

Informasi biografi diperoleh dari berbagai sumber.

Sabtu, April 17, 2010

Penggolongan / Jenis-jenis Hotel


A. PENGGOLONGAN JENIS HOTEL (KLASIFIKASI KELAS HOTEL)

Menurut Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No KM.3/HK.001/MKP.02 tentang penggolongan kelas hotel, hotel di Indonesia menurut jenisnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Golongan kelas hotel berbintang, dan
2. Golongan hotel kelas melati.
Golongan kelas hotel menurut peraturan ini kemudian dapat dibedakan menjadi lima perjenjangan kelas, dengan mengklasifikasinya menjadi hotel bintang satu sampai dengan hotel bintang lima. Golongan kelas hotel dapat ditingkatkan dan diturunkan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.
Setiap hotel berbintang maupun hotel melati dapat diberikan penghargaan (award) tambahan setelah memenuhi persyaratan dasar dalam kriteria penggolongan kelas hotel, yaitu "hotel berlian". Dengan dikeluarkannya peraturan terbaru ini, maka akan ada hotel melati dengan kategori berlian, karena memenuhi persyaratan tambahan yang telah ditetapkan. Penghargaan tambahan ini didasari oleh penilaian lebih mengenai kualitas hotel. Aspek-aspek dalam penghargaan tambahan yang harus dipenuhi atau harus ada agar menjadi suatu hotel yang dapat dikategorikan sebagai "Hotel Berlian" adalah :
1. Ramah lingkungan.
2. Sanitasi dan higiene.
3. Sumber daya manusia.
4. Penggunaan produk dalam negeri.
5. Pemberdayaan masyarakat sekitar.


B. KRITERIA PENGGOLONGAN

Selain jenisnya, hotel juga memiliki kriteria dalam penggolongannya. Kriteria penggolongan kelas hotel menurut KEPMEN No KM.03/HK 001/MKP.02 dibagi menjadi dua, yaitu (1) atas dasar panilaian persyaratan dasar, dan (2) atas dasar penilaian persyaratan teknis operasional. Kedua kriteria penggolongan ini maksudnya :
1. Persyaratan Dasar.
Persyaratan dasar merupakan unsur persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap hotel untuk dapat beroperasi. Unsur ini diatur oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan tanggung jawab pemerintah untuk menyatakan dan kelayakan teknis operasional. Unsur ini meliputi:
a. Semua perijinan untuk suatu hotel, antara lain: ijin mendirikan hotel, dan usaha perhotelan.
b. Kelayakan teknis instalasi atau peralatan yang digunakn hotel, antara lain: lift dan instalasi listrik.
c. Sanitasi dan hygiene, pemeriksaan kualitas dan kuantitas air, pemeriksaan yang berkaitan dengan pengolahan makanan. (food processing). Hal ini juga termasuk pemeriksaan kesehatan karyawan, sistem penyimpanan makanan atau minuman juga  sistem penyediaan makanan atau minuman.
2. Persyaratan teknis operasional.

Persyaratan teknis operasional merupakan unsur persyaratan yang akan membentuk kualitas produk hotel dalam upaya pencapaian golongan kelas hotel. Unsur ini terdiri dari unsur fisik, pengelolaan dan pelayanan. Masing-masing unsur akan mempunyai persyaratan mutlak maupun tambahan. Persyaratan mutlak merupakan unsur yang harus dipenuhi sebagai persyaratan pokok bagi hotel untuk mendapatkan golongan kelas hotel bintang. Persyaratan tambahan merupakan unsur yang apabila dipenuhi akan memberikan nilai tambah untuk mencapai status golongan kelas lebih tinggi.

 

Kesimpulannya :

Suatu hotel dapat digolongkan (klasifikasi) menjadi hotel berbintang (bintang 1-5) dan hotel melati. Klasifikasi ini merupakan kelas yang didasari atas kriteria penggolongannya. Kriteria penggolongan hotel untuk menentukan kelas hotel dilihat dari dua hal umum yaitu memenuhi persyaratan dasar dan memenuhi persyaratan teknis operasional. Dari keseluruhan persyaratan dasar maupun persyaratan teknis operasional dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kelas hotel maka semakin baik kualitas pelayanan dan produk yang ditawarkan. Selain terdiri dari golongan kelas hotel berbintang atau hotel melati, hotel pun dapat diberikan tambahan penghargaan menjadi hotel berlian. Ada hotel berbintang yang berlian maupun hotel melati yang berlian.